Senin, 26 Mei 2025
jejak yang di luruhkan olehNya.
Takut.
Minggu, 25 Mei 2025
Neraka?
Jumat, 23 Mei 2025
Pada Titik Memaafkan dan Belajar Mendoakan Kebaikan.
Di sisi lain, dalam perenungan yang hening, jiwa ikut tersentak, betapa mungkin, dalam langkah yang tak selalu lurus, ada hati yang pernah retak karena kita. Ada luka yang tak sempat kita tahu, namun tetap menganga dalam diam orang lain. Kita lupa, bahwa sebagaimana kita diuji oleh orang lain, kita pun bisa menjadi ujian bagi mereka.
Maka memaafkan dan mendoakan, bukan hanya soal melepaskan, tapi juga pengakuan. Bahwa diri ini pun tak selalu benar, bahwa kita pun membutuhkan maaf dari sesama, seperti kita berharap langit menerima pinta-pinta lirih kita.
Betapa mudah kita mengingat rasa sakit yang ditinggalkan orang lain, namun betapa jarang menyadari luka yang pernah kita tinggal di hati orang lain, meski tanpa kita niatkan, meski hanya lewat isyarat kecil yang luput dari perhatian.
Senin, 19 Mei 2025
Teruntuk..
Untukmu, Anggi, kelak...
Kelak... jadilah ibu yang tidak membebankan ekspektasi pada anak-anakmu, pada menantumu, atau pada siapa pun yang Allah titipkan untuk kamu cintai.
Jangan menuntut mereka menjadi seperti apa yang ada di kepalamu, tapi doakanlah mereka agar tumbuh sesuai takdir terbaik yang Allah tuliskan.
Jangan membandingkan.
Jangan menanamkan rasa kurang hanya karena mereka berbeda dari yang kamu harapkan.
Sebab kamu tahu betul, bukan? Luka yang datang dari ekspektasi tak terlihat oleh mata, tapi menetap lama dalam dada.
Kamu pernah merasakannya, maka jangan ulangi siklusnya.
Kelak, ketika kau mulai lupa karena dunia terasa padat, semoga tulisan ini menjadi pengingat:
Bahwa tugas seorang ibu bukan membentuk anak menjadi replika harapan,
tapi menjaga fitrah yang Allah tanam sejak mereka lahir, agar tumbuh dengan arah, bukan tekanan.
Adek, semoga kamu bisa tumbuh tanpa harus memikul beban dari bayang-bayang ekspektasi orang lain.
Adek, kamu boleh mendengar, tapi tidak harus selalu mengikuti.
Kamu boleh menghormati, tanpa harus kehilangan kendali atas dirimu sendiri.
Sebab akan ada masa di mana dunia mencoba menjadikanmu sesuatu yang bukan dirimu, atas nama cinta, kebanggaan, atau tradisi.
Tapi semoga kamu ingat, bahwa hidupmu bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan untuk berjalan lurus di jalan yang Allah ridhai, meski terkadang sunyi, meski tidak selalu disorot.
Tumbuhlah dengan keberanian untuk bertanya:
“Apa aku benar-benar menginginkan ini? Apakah ini memberi manfaat? Atau aku hanya takut mengecewakan?”
Karena sering kali, kita tidak sadar sedang membangun hidup untuk memenuhi rasa puas orang lain, bukan untuk menenangkan hati di hadapan-Nya.
Adek, kamu tidak harus jadi yang paling hebat, paling pintar, atau paling menonjol.
Cukup jadi seseorang yang tenang, karena tahu bahwa hidup yang kamu jalani adalah hidup yang kamu pilih, dengan niat baik dan ridha dari Allah.
Dan jika suatu saat kamu merasa tersesat, semoga kamu menemukan jalan pulang, bukan ke tempat orang lain mengarahkanmu, tapi ke dalam dirimu sendiri, tempat di mana Allah menanamkan fitrah, kejujuran, dan ketenangan.
Karena pada akhirnya, bukan tentang seberapa banyak kamu membuat orang bangga,
tapi seberapa dekat kamu berjalan menuju-Nya, dengan hati yang lapang dan jiwa yang utuh.
Minggu, 18 Mei 2025
Perahu Kertas di Sungai Harapan.
Jumat, 16 Mei 2025
Silau, Menyilaukan.
Rabu, 14 Mei 2025
Cerminnnn... Tanah Liat....
17 Juni 2022/2023 - 17 Juni 2025.
Anggi.. boleh nulis di blog hari ini kalau udah beres targetan nulis skripsinya yaa :) sementara gambarnya aja dulu sksk

-
barangkali yang benar-benar mencari akan sampai pada blog ini. just fyi, dia tidak hilang. hanya sedang di non-aktifkan. jika ada sesuatu me...
-
Satu detik, satu menit, satu hari, bahkan seribu tahun, semuanya tetap sama. Barangkali keistimewaan adalah sesuatu yang memang bukan untuk ...
-
Sebenarnya, kita ini sering kali terlalu sibuk dengan prasangka. tentang apa yang orang lain pikirkan, tentang sikap yang tidak kita mengert...