Senin, 26 Mei 2025

jejak yang di luruhkan olehNya.

Aku tutup hari dengan niat sederhana. Bangun untuk tahajjud seperti biasa, dan bertekad merutinkan kembali sholat taubat. Memandang malam sebagai lembar kosong, berharap bisa menulis ulang cerita dengan tinta ampunan. Sebelum memulai semuanya, aku ingin bersih.

Namun, tengah malam memanggil dengan cara yang tak terduga. 01:00 dini hari, terbangun dengan kaki yang linu menusuk, tubuh yang menggigil, dan perut yang bergejolak. Aku terjaga, harus bolak-balik ke kamar mandi, bergulat dengan rasa sakit. Tubuh mengeluarkan semua sampahnya, berkali-kali. 

Tidur pun menjadi tamu yang tak ramah, disertai mimpi-mimpi kabur dan aneh. Mimpi khas saat seseorang sedang mengalami demam. Dua lapis selimut tidak cukup, aku terus menggigil. Waktu bergulir perlahan, sampai akhirnya adzan subuh mengiris kesunyian. Aku kembali ke kamar mandi, tubuh mengeluarkan kembali sampahnya, sebelum akhirnya aku berwudhu dan menunaikan sholat subuh. 

Ibu datang dengan bubur hangat dan teh pahit yang mengusir dingin, seraya menyodorkan obat yang Kamis lalu kubawa dari dokter. Hari ini aku hanya bisa terbaring, menerima sakit ini sebagai sebagai pesan. Pesan bahwa taubat bisa datang dalam rupa nikmat sakit.

Sakit ini, aku yakini, adalah cara istimewa dariNya dalam menyambut niat baikku. Ia akan membersihkan noda lama dalam jiwa. Sebagaimana sabda Rasulullah,  “Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Terbaring dalam keheningan pagi, aku nengirim pesan tidak bisa masuk kerja. Mendapat doa kesembuhan dari rekan-rekan. Hingga siang, hanya berbaring di kamar yang bisa kulakukan. Mendengar lantunan ayat suci dari Youtube. Menggigil, kuiringi dengan dzikir dan istighfar. Sambil diselingi bolak-balik ke kamar mandi yang belum usai itu. 

Aku berbaring, menuliskan ini sebagai renungan, bahwa taubat bukan hanya saat aku berdiri di sepertiga malam, tapi juga ketika aku sabar menghadapi nikmat dan ujian. Merefleksi dan menghibur diri, bahwa niat baikmu untuk memulai semuanya dengan taubat, disambut baik olehNya dengan cara yang istimewa.

Semoga sakit ini menjadi jalan pembersihan jiwa. Bukan hanya dari dosa, tapi juga dari lalai dan lupa. Sebelum langkah baru ditapaki, jejak lama terlebih dulu diluruhkan olehNya. Allah membersihkannya, in syaa Allah. 

3 komentar:

  1. www.titintitan.wordpress.com27 Mei 2025 pukul 16.18

    syafakillaah,
    jd kangen ngeblog euy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin MasyaAllaah teh titiiin ayo ngeblog lagi๐Ÿค—๐Ÿค—

      Hapus

tidak apa-apa, bahkan jika memang sudah waktunya, wafat karena sakit perut itu syahid dan akan diselamatkan dari siksa kubur kata Rasulullah...