Minggu, 08 Juni 2025

Ber-sinau, dan Ali Imran 110.

ada hari di mana jari terasa ringan menekan tombol "akhiri saluran",
padahal bukan itu yang sungguh ingin kuakhiri.
ada kata-kata yang mengendap di dada, menusuk tanpa pedang,
dan tiba-tiba saja aku ingin bersembunyi.

katanya, aku si paling mulia.
padahal, siapa aku ini?
bukankah kemuliaan hanya milik Dia yang tiada cela?
aku menulis, karena ingin mengingatkan diri, hanya itu.
menitipkan sebaris makna di antara riuh hidup.
bukan mengemis pujian.. 

tapi sungguh, betapa mudah niat lurus itu diseret ke sudut-sudut penghakiman.
dan di sudut itu, aku terduduk sendiri.
menelaah ulang setiap huruf yang pernah kutuliskan.

ketika kutahu bahwa lebih banyak like laki-laki di beberapa postingan terakhir, 
maka kupilih untuk menutup pintu itu.
mungkin benar, mungkin juga keliru,
tapi kuharap ini cukup sebagai ikhtiar menjaga.

dan lucunya, kala bimbang masih bersemayam,
jari ini malah sembarang menekan akhiri saluran,
dan semua lenyap begitu saja.
tidak bisa dipulihkan, hehe. 

aku kembali mengingat kalimat-kalimat yang lebih tajam dari biasanya.
memang, ada masa bagi perempuan,
di mana hatinya lebih rentan menerima luka.
dan, masa itu sedang mengunjungiku hari ini.
menjadi lebih sensitif terhadap apa yang diterima. 

Aku terdiam.
Aku hanya ingin mengingatkan diri.
Andai ada yang turut teringat, biarlah itu menjadi bonus dari Allah, bukan tujuan.

Pikiran dan perasaan yang menggantung, coba kuhalau dengan kesibukan sederhana.
Kubuka galeri lama di laptop, potret-potret yang sudah lama terendap di sana.

Di antara deretan gambar, mataku terhenti pada satu foto semasa Ma'had 'Aly.
Aku, bersama beberapa anak tarkiz SDQu.
Di sana, ada satu anak yang namanya selalu ku ingat.

Kuntum.

kuntum yang mana cobaa? hihi.

Ah, kamu tahu mengapa namanya begitu melekat?
Karena namanya unik.
Kuntum Khaira Ummah.
Potongan ayat yang indah, dijadikan sebuah nama. MasyaAllah, ada harapan dan doa orang tua yang sangat dalam.

Perlahan kututup galeri. Kembali ke pekerjaan, kutemani layar laptop dengan lantunan Asmaul Husna dari YouTube.
Saat Asmaul Husna selesai, algoritma mesin itu berputar sendiri.
Tiba-tiba terdengar bacaan surah Al-Fatihah, mengalun lembut, berlanjut ke surah Ali Imran ayat 110.

Kubuka tab YouTube, mataku membaca:
"Surah Imran By Sheikh Naif Al-Faisal."

Ada jeda di dada. Seolah semesta ingin mengirimkan pesan.
Ayat itu berkumandang, mengikat kembali benang-benang makna yang sempat kusam dalam hati. 

Allah mengulurkan seutas tali dari langit:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....."

Allah sedang menghiburku.
Ku anggap demikian.

baru beberapa menit lalu aku merasa berat.
Ada rasa rendah diri yang diam-diam merayap. 
tak ingin dinilai mulia, apalagi merasa lebih baik dari yang lain.
Aku hanya ingin terus belajar memperbaiki diri, mengingatkan diri, sekadarnya.
Namun kadang, suara-suara di sekitar mengaburkan niat itu. Ada yang memuji, ada yang menghakimi, dan aku gamang di tengahnya.

namun saat lantunan ayat itu menggema, aku merasa seperti Allah sedang menegaskan kembali arah hatiku:

"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah."

Ah... bukan tentang menjadi mulia di mata manusia.
Bukan tentang mencari pujian atau pengakuan.
Tapi tentang tetap berpegang pada kebaikan, menyampaikan yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, dengan iman sebagai landasan.

Sekecil apapun langkahku, jika diniatkan karena Allah, maka itu cukup.

Rasanya Allah paham sekali bahwa aku butuh dihibur.
Lewat ayat yang namanya sempat kurenungkan di galeri tadi, "Kuntum khaira ummah."
Lewat lantunan otomatis dari youtube yang seolah disengaja diperdengarkan padaku.

Kadang, pelipur lara itu datang dengan cara yang paling lembut.
ia datang melalui ayat suci yang menguatkan kembali niat hati.

dan hari ini, aku belajar:
bahwa niat harus terus dijaga.
bahwa pujian bisa jadi jebakan.
bahwa fitnah bisa datang tanpa disangka.
bahwa kehilangan yang tidak disengaja pun mungkin bagian dari penjagaan-Nya.

Semoga Allah bimbing dan jaga hati kita selalu, aamiin. 

Anggi Restian Zahra.
Bandung, 08 Juni 2025.

2 komentar:

  1. آمين جعلنا الله وإيّاكم من أهل الخير مثل آية من آيات سورة آل عمران

    BalasHapus

17 Juni 2022/2023 - 17 Juni 2025.

  Anggi.. boleh nulis di blog hari ini kalau udah beres targetan nulis skripsinya yaa :) sementara gambarnya aja dulu sksk