Selasa, 17 Juni 2025

17 Juni 2022/2023 - 17 Juni 2025.

 



Anggi.. boleh nulis di blog hari ini kalau udah beres targetan nulis skripsinya yaa :)

sementara gambarnya aja dulu sksk


Minggu, 15 Juni 2025

judulnya apa

Sebenarnya, kita ini sering kali terlalu sibuk dengan prasangka. tentang apa yang orang lain pikirkan, tentang sikap yang tidak kita mengerti, tentang komentar yang belum tentu bermaksud melukai. Padahal, hidup ini sudah cukup melelahkan tanpa harus menambah beban-beban semu yang kita cipta sendiri di kepala.

Yang benar-benar penting sering kali luput: target diri yang belum juga tercapai. Skripsi, misalnya. Target yang tak terlihat dari luar, tapi terasa beratnya tiap malam menjelang tidur. Target yang diam-diam kita takuti, padahal itu yang seharusnya kita perjuangkan. Ini tamparan, untuk diri sendiri.

Hari ini, di sela pikiran-pikiran tentang tugas yang belum rampung dan hari-hari yang terus berlari, aku menonton berita yang tak bisa kulupakan. Tentang Mesir yang menutup akses jalan menuju Gaza. Tentara yang berdiri menghadang para pejuang kemanusiaan. Aku tidak menontonnya dari televisi, melainkan dari status WhatsApp teman-temanku. Potongan video repost dari Instagram Ustadz Felix, Bang Fuadh Naim, Ustadz Edgar Hamas.

Ya Allah.. hancur rasanya hati ini. Aku menatap layar kecil di tanganku, tapi seolah dunia yang luas sedang retak di depan mata. Video-video itu... tangis dan ungkapan amarah serta kekecewaan para pejuang kemanusiaan, semuanya menyayat.

Dan aku, di sini, masih sibuk memikirkan hal-hal remeh. Masih menunda hal penting yang bisa kuselesaikan jika benar-benar fokus. Masih kadang berlarut dalam emosi kecil tentang perasaan tidak dianggap, atau takut dikira begini dan begitu. Padahal ada saudara-saudara kita yang bahkan tidak tahu apakah esok mereka masih hidup.

aku yang masih diberi kesempatan belajar, berpikir, menulis, dan hidup tanpa suara dentuman. cukup duduk dan fokus dengan skripsi itu apa susahnya anggii ayolaah (ish, susah pisan tauk, semua hal terasa nenarik dikerjakan kecuali skripsi๐Ÿ˜ญ) 

Tapi mari kita ubah arah pandang, nggi. Bahwa setiap waktu yang kita habiskan dengan sia-sia, adalah bentuk kelalaian terhadap nikmat. Bahwa setiap tugas yang kita tunda, adalah bentuk ketidaksyukuran terhadap amanah yang Allah titipkan.

Semoga hari ini jadi titik balik. Semoga hati ini tetap peduli pada luka umat, tanpa lupa memperbaiki diri.

Ya Allah, aku tau Engkau telah memilih saudara-saudara kami di Palestina untuk mengemban ujian yang luar biasa, karena Engkau Maha Tahu kekuatan iman mereka yang jauh melampaui kami. aku tidak berdoa untuk menguatkan mereka, karena mereka telah kokoh dengan tauhid yang menggetarkan langit dan bumi. Tapi aku berdoa agar Engkau senantiasa menempatkan mereka dalam penjagaanMu, agar setiap sakit, lapar, dan kehilangan mereka tercatat sebagai kemuliaan yang mengangkat derajat mereka di sisi-Mu.

Ya Allah, muliakan mereka sebagaimana Engkau memuliakan para syuhada. Lapangkan jalan mereka menuju kemenangan, perkenankan aku, kami, kita, umat muslim, dapat melaksanakan sholat di masjidil aqsha dalam keadaan merdeka, aamiin. 

Ya Allah, untuk para pejuang kemanusiaan yang kini tengah menapaki jalan penuh rintangan menuju Gaza, limpahkanlah perlindungan-Mu. Bimbing langkah mereka, jadikan setiap langkah sebagai amal shaleh yang Engkau catat dengan tinta kemuliaan. Bukakan jalan bagi mereka yang membawa harapan dalam bentuk air, makanan, dan pelukan yang tak sempat sampai. Jangan biarkan niat baik mereka dibungkam oleh ketakutan atau kekuasaan manusia yang dzalim.

Dan untuk diriku sendiri, ya Allah, yang masih sering lalai dan terlena dalam urusan dunia, bangunkan aku dari tidur panjang ini. Jadikan aku pribadi yang tidak hanya menangis saat melihat penderitaan, tapi juga bergerak dalam kebaikan sekecil apapun. Bimbing aku untuk menyelesaikan amanah yang ada di hadapanku, agar aku layak menjadi bagian dari hamba-hamba-Mu yang bersyukur. Beri kekuatan untuk terus belajar, untuk terus berjuang, dan untuk terus peduli, meski baru bisa dari kejauhan dan dengan segala keterbatasan. Aamiin. 

Sabtu, 14 Juni 2025

Instagram.

barangkali yang benar-benar mencari akan sampai pada blog ini.

just fyi,
dia tidak hilang.
hanya sedang di non-aktifkan.

jika ada sesuatu mendesak kirim email saja.
jika butuh alamat emailnya komen saja di postingan blog ini.

Kamis, 12 Juni 2025

Manusia Kritis (katanya) yang Banyak Takutnya.

Di tengah zaman yang penuh kabut,
di mana kebenaran dan kebatilan saling meniru rupa, aku takut hatiku menjadi tumpul. 
tak mampu membedakan cahaya dari bara,
tak lagi bisa merasakan manisnya iman, karena terbiasa dengan racun yang dibungkus keindahan.

Aku takut,
takut menjadi manusia yang mengikuti arus hanya karena semua orang melakukannya.
Takut membela sesuatu yang tidak Engkau ridai,
hanya karena ia terlihat indah dan dilakukan turun temurun. 

Aku tak ingin menjadi budak adat yang buta,
Aku tak mau menjadi generasi yang mewarisi Islam sekadar sebagai nama. 
Engkau tahu betapa lemahnya aku,
betapa mudahnya aku silau pada yang ramai,
betapa seringnya aku diam ketika kebenaran dicampuradukkan dengan kebohongan.

Maka jangan biarkan aku hidup dalam fatamorgana keyakinan,
yang hanya indah di lisan, tapi kosong di batin.
Jangan biarkan aku terjerumus pada agama yang dibentuk oleh manusia, bukan oleh wahyu-Mu.

Teguhkan hatiku di atas kebenaran yang berasal dari-Mu.
Bukan karena pemikiran mayoritas,
bukan karena budaya nenek moyang,
bukan karena kebiasaan lingkungan,
tapi karena akidah yang bersih dari syirik,
tauhid yang jernih, dan Islam yang murni seperti yang diajarkan oleh Rasul-Mu

Ya Allah...
di dunia yang makin bising oleh banyak suara,
aku ingin tetap bisa mendengar suara-Mu dari ayat-ayat yang Kau turunkan.
Aku ingin jiwaku tetap lapang menerima kebenaran,
walau dunia mengolok, walau sepi yang menempuh jalan itu.

Aku melihat begitu banyak hal yang dikira suci,
tapi tak bersumber dari cahaya wahyu-Mu.
Aku menyaksikan yang dianggap ibadah,
tapi tak pernah Kau perintahkan.
Dan aku takut…

Aku takut hatiku tertipu oleh kemasan yang tampak religius, padahal tak Kau ridai.
Aku takut mengikuti sesuatu hanya karena turun-temurun, hanya karena ramai, hanya karena dianggap sakral oleh manusia,
padahal menjauhkan aku dari-Mu.

Aku tidak ingin menjadi manusia yang mengira sedang mendekat, padahal sedang menjauh.
Yang merasa sedang berjalan di jalan-Mu, padahal menjauh secara perlahan. 

Ya Allah...
lindungi aku dari keyakinan yang menyesatkan.
Dari ajaran yang tidak Engkau tetapkan.
Dari amal yang tak berpangkal pada ilmu.
Dari keyakinan yang manis di permukaan,
tapi merusak hati perlahan.

Aku ingin mencintai-Mu dan agama-Mu
dengan pemahaman yang Engkau ridhai.
Bukan hanya karena ikut-ikutan,
bukan karena tekanan lingkungan,
bukan karena takut disebut ‘berbeda’.
Tapi karena aku yakin:
kebenaran tidak perlu ramai untuk disebut benar.

Ya Allah...
seandainya aku pernah mengira benar sesuatu yang tak benar,
ampuni aku…
Seandainya aku pernah merasa yakin pada sesuatu yang tak Engkau syariatkan,
ampuni aku…
Karena aku ini lemah,
tak selalu mampu membedakan cahaya dari kilau semu.

Tanpa hidayah-Mu,
apa yang tampak baik bisa menyesatkan.
Apa yang terdengar religius, bisa menipu.
Apa yang dilakukan banyak orang, belum tentu jalan-Mu.

Maka tuntun aku, Ya Allah…
kepada kebenaran yang Engkau cintai,
Lembutkan hatiku untuk menerima kebenaran, 
Kuatkan tekadku untuk meninggalkan kebatilan meski manis.
Karena aku tahu...
jalan ke surga tidak selalu ramai,
dan kebenaran tak selalu disukai.

Ya Allah,
jangan biarkan aku membela sesuatu hanya karena aku terbiasa melakukannya.
Jangan biarkan aku keras kepala mempertahankan hal yang tak Kau tetapkan,
hanya karena aku mencintainya.

Ajari aku untuk jujur pada hatiku,
untuk menerima nasihat dari orang-orang yang Engkau beri cahaya ilmu,
dan untuk tidak mengandalkan logika dan perasaan semata dalam memahami agama-Mu.

Jadikan aku orang yang takut jika Engkau murka, bukan hanya takut jika manusia tak setuju.
Dan jika suatu hari aku tergelincir...
maka tarik aku kembali dengan cinta-Mu.
Jangan biarkan aku tenggelam dalam keyakinan yang tak Kau berkahi.
Peluk aku dengan ampunan-Mu,
dan tuntun aku kembali pada kebenaran yang Kau ridai.

Ya Allah...
jika Engkau tidak membimbingku,
maka siapa lagi?
Jika Engkau tidak melindungiku dari kesesatan,
maka pada siapa lagi aku berharap?

Hanya Engkau yang memiliki kuasa atas hatiku.
Dan hanya Engkau yang mampu meneguhkannya di atas kebenaran.

 ุฑَุจَّู†َุง ู„َุง ุชُุฒِุบْ ู‚ُู„ُูˆุจَู†َุง ุจَุนْุฏَ ุฅِุฐْ ู‡َุฏَูŠْุชَู†َุง ูˆَู‡َุจْ ู„َู†َุง ู…ِู†ْ ู„َุฏُู†ْูƒَ ุฑَุญْู…َุฉً ۚ ุฅِู†َّูƒَ ุฃَู†ْุชَ ุงู„ْูˆَู‡َّุงุจُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi.”

 ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุงู‡ْุฏِู†ِูŠ ูˆَุณَุฏِّุฏْู†ِูŠ
“Ya Allah, berilah aku petunjuk dan luruskanlah aku.”

 ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّูŠ ุฃَุณْุฃَู„ُูƒَ ุงู„ْู‡ُุฏَู‰ ูˆَุงู„ุณَّุฏَุงุฏَ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk dan keteguhan.”

ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†َุง ู…ِู†ْ ู„َุฏُู†ْูƒَ ุฑَุญْู…َุฉً ูˆَู‡َูŠِّุฆْ ู„َู†َุง ู…ِู†ْ ุฃَู…ْุฑِู†َุง ุฑَุดَุฏًุง
“Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan berilah petunjuk kepada kami dalam urusan kami dengan petunjuk yang lurus.” 

 ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّูŠ ุฃَุณْุฃَู„ُูƒَ ุงู„ْู‡ُุฏَู‰ ูˆَุงู„ุชَّู‚ْูˆَู‰ ูˆَุงู„ุตِّุฑَุงุทَ ุงู„ْู…ُุณْุชَู‚ِูŠู…َ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, dan jalan yang lurus.

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุซَุจِّุชْ ู‚َู„ْุจِูŠ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠู†ِูƒَ
“Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

 ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุงุฌْุนَู„ْู†ِูŠ ู…ِู†َ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุณْุชَู…ِุนُูˆู†َ ุงู„ْู‚َูˆْู„َ ูَูŠَุชَّุจِุนُูˆู†َ ุฃَุญْุณَู†َู‡ُ
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya.”

 ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ู„َุง ุชَูƒِู„ْู†ِูŠ ุฅِู„َู‰ ู†َูْุณِูŠ ุทَุฑْูَุฉَ ุนَูŠْู†ٍ ุฃَุจَุฏًุง
“Ya Allah, jangan biarkan aku bergantung pada diriku sendiri meski sekejap mata.”

Selasa, 10 Juni 2025

Belajar Membaca.

aku melihat punggungmu yang lelah, bapak,
berbagi beban yang tak tertulis di buku dunia.
namun dari sana aku belajar membaca.

membaca, bahwa cukup bukanlah ukuran dunia,
membaca, bahwa bahagia adalah bahasa jiwa,
membaca, hanya dari sepasang bola mata.

di hadapanmu, aku belajar mengeja..
mengeja makna yang sering luput dalam derap waktu:
bahwa mulia tidak selalu berkilau,
kadang ia membungkuk di tepi jalan,
memanggul tisu, memanggul usia.
menghindarkan diri dari sifat meminta-minta.


Sepulang dari perjalanan, aku bercerita pada mamah.
tentang seorang bapak tua, tubuhnya renta, punggungnya membungkuk,
berjalan pelan di tepi jalan yang panasnya amat sangat menggigit.
menjajakan tisu di tengah riuh kendaraan yang melintas.

Saat kusapa beliau, ia tersenyum,
berterima kasih sebanyak-banyaknya,
seolah apa yang kutitipkan padanya adalah karunia besar, padahal rasanya belum seberapa.

Aku sedih sekali. Ada yang mengganjal di dada.
Kuceritakan semuanya pada mamah,
yang menyimak sambil terus menyetrika pakaian.

Kuperlihatkan foto bapak itu.
Aku mengaduh lirih, "Mamah... kasian pisan..."
Mamah melihat foto tersebut, lalu dengan tenang bertanya,
"Anggi tambahin uang buat beli bumbu ngga?"

Mungkin beginilah hidup berjalan:
Di tengah kisah-kisah sedih yang kita temui,
di sela percakapan harian yang sederhana,
terselip pelajaran-pelajaran besar.
kadang kita terlalu sibuk merasa iba,
hingga lupa bahwa kita pun bisa memberi lebih.
Bukan sekadar merasa kasihan,
tapi mengulurkan tangan lebih jauh.

mungkin bukan besar kecil yang menjadi soal,
tapi kepekaan hati yang kadang kita abaikan.
bahwa dalam tangan kita selalu ada ruang,
untuk sedikit berbuat lebih. 

hari itu, perjalanan pulang mengendap menjadi pelajaran,
tentang cukup, tentang syukur, tentang keberanian untuk berbuat lebih.

karena hidup memang seringkali berjalan dalam detail kecil,
yang jika kita mau sejenak memperhatikan,
akan mengajarkan lebih banyak, 
daripada seribu buku yang kita baca. 

Bandung, 10 Juni 2025
Anggi Restian Zahra.

Senin, 09 Juni 2025

Tapi Kamu Pernah Ga Sih..

Ada malam-malam di mana dunia maya terasa lebih nyata daripada dunia itu sendiri. Barusan, aku menerima sebuah pesan sederhana, baris kalimat yang seolah lewat begitu saja:
“Assalamu'alaikum Anggi.. cuman mau info jangan berhenti berkarya, ya wkwk.”

Aku membacanya pelan. Kukira itu sapaan ringan, sekadar penyemangat di tengah perjalanan yang kadang melelahkan. Aku pun membalas, bertanya ada apa. Lalu jawabannya datang berat, membuat jari-jariku mendadak kaku.

"Lihat postingan terakhir kamu" 
"Ada salah satu yaa bisa dibilang penggemar lah, yang komentarnya kamu pin."
"Iyaa, dia calon istri aku, tapi baru aja meninggal tgl 31 kemarin, doain yaa anggi."
"Sering cerita kalau dia kagum dll lah gituu"
"Dia teh sering cerita pgn ngechat tapi malu cenah"
"Mungkin langkah awal biar ketemu Anggi, jadi dia masuk pusdiqu"

Dia sempat masuk pusdiqu.. sebuah ruang belajar yang selama ini sempat kuisi, tempat di mana aku mengajar dan berbagi. Qadarullah, aku bahkan belum pernah bertemu apalagi mengajar beliau saat beliau bergabung di pusdiqu. 

Namun sungguh, MasyaAllah… aku tertegun ketika tahu bahwa keinginannya untuk berkenalan, untuk mendekat dalam kebaikan, membuat ia memilih jalan seperti itu. Mungkin baginya, ini adalah langkah kecil untuk lebih mengenal, untuk bisa hadir di ruang yang sama, bukan dengan cara yang sia-sia, melainkan lewat jalan yang membawa manfaat.

Hadza min fadhli Rabbi.. ini semua semata-mata karunia Allah.
Bagiku, ini adalah pengingat yang sangat dalam bahwa apa yang kita lakukan, sekecil apapun, bisa berarti besar di mata orang lain. Bahwa ada orang yang diam-diam menghargai, mendoakan, bahkan mengambil langkah kebaikan karena terinspirasi oleh jejak yang mungkin tak kita sadari.

Sepekan yang lalu, aku bahkan masih mem-pin komentarnya di postinganku. sebuah komentar sederhana, yang kini berubah menjadi jejak terakhir, setitik cahaya yang tersisa di tengah ruang maya yang sunyi.

Aku tidak mengenalnya. Tidak pernah. Namun saat ini, seolah-olah aku dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang kutulis, yang mungkin kulahirkan tanpa banyak pikir, pernah menjadi teman bagi seseorang di masa-masa terakhir hidupnya.

Dan di balik layar ponselku, ada seorang lelaki yang kini menggenggam kenangan yang tinggal samar, meminta aku untuk terus melangkah, agar ada bagian dari kisah itu yang tetap hidup, meski ia sendiri sedang belajar merelakan.

Aku belajar banyak malam ini. Tentang betapa kata-kata yang kita sebarkan di profil kecil ini, bisa punya makna yang tak terduga barangkali untuk satu-dua orang. Tentang betapa rapuh dan berharganya setiap perjumpaan, bahkan perjumpaan yang hanya terjadi di ruang-ruang maya.

Malam ini, aku menunduk. Mendoakan seseorang yang tak sempat kukenal, yang mungkin diam-diam pernah tersenyum membaca tulisanku. Dan mendoakan dia yang kini harus berjalan di antara kenangan yang berat.

Dan kini, pertemuan yang tak sempat terjadi itu, tak lagi mungkin di dunia. Yang tersisa hanyalah doa, semoga Allah mempertemukan kami kelak di tempat yang jauh lebih mulia di sisi-Nya, di taman-taman surga.

Untukmu, yang komentarmu kini abadi di antara baris-baris maya, terima kasih banyak. Semoga di alam sana, kau dilingkupi cahaya yang tiada redup.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Lembut dan Maha Pengasih,
Limpahkanlah rahmat dan ampunan-Mu kepada hamba-Mu yang telah Kau panggil pulang. Lapangkanlah kuburnya, terangkan jalannya, dan jadikan peristirahatan terakhirnya taman dari taman-taman surga. Angkatlah segala dosa dan khilafnya, gantikan setiap kesedihan di dunia ini dengan kebahagiaan yang abadi di sisi-Mu.
Ya Allah, tempatkanlah ia bersama para hamba-Mu yang shaleh, berikanlah pakaian kemuliaan, penuhi hatinya dengan ketenangan. Jika di dunia ia pernah merasa sepi, kini jadikanlah ia berada dalam pelukan cinta-Mu yang tak bertepi.
Ya Allah, bahagiakanlah hatinya di negeri akhirat, sebagaimana ia pernah berusaha membagi kebahagiaan lewat setiap senyum, setiap kata, setiap dukungan kecil yang ia berikan di dunia.
Dan bagi yang ia tinggalkan, Ya Allah, kuatkanlah mereka. Kuatkan hati orang-orang yang menyayanginya, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Berikan ketabahan, beri mereka hikmah di balik kepergian ini, dan hadirkan penghiburan dari sisi-Mu yang tak tergantikan.

Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.










Minggu, 08 Juni 2025

Ber-sinau, dan Ali Imran 110.

ada hari di mana jari terasa ringan menekan tombol "akhiri saluran",
padahal bukan itu yang sungguh ingin kuakhiri.
ada kata-kata yang mengendap di dada, menusuk tanpa pedang,
dan tiba-tiba saja aku ingin bersembunyi.

katanya, aku si paling mulia.
padahal, siapa aku ini?
bukankah kemuliaan hanya milik Dia yang tiada cela?
aku menulis, karena ingin mengingatkan diri, hanya itu.
menitipkan sebaris makna di antara riuh hidup.
bukan mengemis pujian.. 

tapi sungguh, betapa mudah niat lurus itu diseret ke sudut-sudut penghakiman.
dan di sudut itu, aku terduduk sendiri.
menelaah ulang setiap huruf yang pernah kutuliskan.

ketika kutahu bahwa lebih banyak like laki-laki di beberapa postingan terakhir, 
maka kupilih untuk menutup pintu itu.
mungkin benar, mungkin juga keliru,
tapi kuharap ini cukup sebagai ikhtiar menjaga.

dan lucunya, kala bimbang masih bersemayam,
jari ini malah sembarang menekan akhiri saluran,
dan semua lenyap begitu saja.
tidak bisa dipulihkan, hehe. 

aku kembali mengingat kalimat-kalimat yang lebih tajam dari biasanya.
memang, ada masa bagi perempuan,
di mana hatinya lebih rentan menerima luka.
dan, masa itu sedang mengunjungiku hari ini.
menjadi lebih sensitif terhadap apa yang diterima. 

Aku terdiam.
Aku hanya ingin mengingatkan diri.
Andai ada yang turut teringat, biarlah itu menjadi bonus dari Allah, bukan tujuan.

Pikiran dan perasaan yang menggantung, coba kuhalau dengan kesibukan sederhana.
Kubuka galeri lama di laptop, potret-potret yang sudah lama terendap di sana.

Di antara deretan gambar, mataku terhenti pada satu foto semasa Ma'had 'Aly.
Aku, bersama beberapa anak tarkiz SDQu.
Di sana, ada satu anak yang namanya selalu ku ingat.

Kuntum.

kuntum yang mana cobaa? hihi.

Ah, kamu tahu mengapa namanya begitu melekat?
Karena namanya unik.
Kuntum Khaira Ummah.
Potongan ayat yang indah, dijadikan sebuah nama. MasyaAllah, ada harapan dan doa orang tua yang sangat dalam.

Perlahan kututup galeri. Kembali ke pekerjaan, kutemani layar laptop dengan lantunan Asmaul Husna dari YouTube.
Saat Asmaul Husna selesai, algoritma mesin itu berputar sendiri.
Tiba-tiba terdengar bacaan surah Al-Fatihah, mengalun lembut, berlanjut ke surah Ali Imran ayat 110.

Kubuka tab YouTube, mataku membaca:
"Surah Imran By Sheikh Naif Al-Faisal."

Ada jeda di dada. Seolah semesta ingin mengirimkan pesan.
Ayat itu berkumandang, mengikat kembali benang-benang makna yang sempat kusam dalam hati. 

Allah mengulurkan seutas tali dari langit:

ูƒُู†ุชُู…ْ ุฎَูŠْุฑَ ุฃُู…َّุฉٍ ุฃُุฎْุฑِุฌَุชْ ู„ِู„ู†َّุงุณِ ุชَุฃْู…ُุฑُูˆู†َ ุจِูฑู„ْู…َุนْุฑُูˆูِ ูˆَุชَู†ْู‡َูˆْู†َ ุนَู†ِ ูฑู„ْู…ُู†ูƒَุฑِ ูˆَุชُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ุจِูฑู„ู„َّู‡ِ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....."

Allah sedang menghiburku.
Ku anggap demikian.

baru beberapa menit lalu aku merasa berat.
Ada rasa rendah diri yang diam-diam merayap. 
tak ingin dinilai mulia, apalagi merasa lebih baik dari yang lain.
Aku hanya ingin terus belajar memperbaiki diri, mengingatkan diri, sekadarnya.
Namun kadang, suara-suara di sekitar mengaburkan niat itu. Ada yang memuji, ada yang menghakimi, dan aku gamang di tengahnya.

namun saat lantunan ayat itu menggema, aku merasa seperti Allah sedang menegaskan kembali arah hatiku:

"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah."

Ah... bukan tentang menjadi mulia di mata manusia.
Bukan tentang mencari pujian atau pengakuan.
Tapi tentang tetap berpegang pada kebaikan, menyampaikan yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, dengan iman sebagai landasan.

Sekecil apapun langkahku, jika diniatkan karena Allah, maka itu cukup.

Rasanya Allah paham sekali bahwa aku butuh dihibur.
Lewat ayat yang namanya sempat kurenungkan di galeri tadi, "Kuntum khaira ummah."
Lewat lantunan otomatis dari youtube yang seolah disengaja diperdengarkan padaku.

Kadang, pelipur lara itu datang dengan cara yang paling lembut.
ia datang melalui ayat suci yang menguatkan kembali niat hati.

dan hari ini, aku belajar:
bahwa niat harus terus dijaga.
bahwa pujian bisa jadi jebakan.
bahwa fitnah bisa datang tanpa disangka.
bahwa kehilangan yang tidak disengaja pun mungkin bagian dari penjagaan-Nya.

Semoga Allah bimbing dan jaga hati kita selalu, aamiin. 

Anggi Restian Zahra.
Bandung, 08 Juni 2025.

17 Juni 2022/2023 - 17 Juni 2025.

  Anggi.. boleh nulis di blog hari ini kalau udah beres targetan nulis skripsinya yaa :) sementara gambarnya aja dulu sksk