Sebelas hari berada di divisi baru membuka mata saya bahwa setiap perubahan dalam hidup membawa pelajaran tersendiri. Sering kali kita berdoa, “Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah”, memohon kebaikan di dunia. Namun, kebaikan itu tidak selalu datang dalam bentuk yang langsung kita sukai. Kadang, ia hadir sebagai kesempatan untuk belajar hal-hal baru, sekaligus tantangan untuk keluar dari zona nyaman.
Sebelum berpindah divisi, saya sempat dipercaya mendampingi tim konten sambil mengerjakan tugas di CRM. Beban itu terasa cukup, mmm.. lumayan berat, tapi di sanalah saya merasa tertantang dengan bagaimana saya harus super efektif memanage waktu dan menentukan skala prioritas. Mungkin ini juga salah satu alasan sekarang ditempatkan di divisi baru. Para senior berkata, “Alhamdulillah lah better di web optimization nggi.” Benar, sih. Namun tetap saja, setiap orang punya preferensi ritme kerja masing-masing. Ada yang lebih menikmati kesibukan penuh adrenalin, ada yang lebih cocok dengan ruang belajar yang tenang.
Sekarang saya berada di divisi Web Optimization Specialist. bertugas mengelola, mengoptimasi sekaligus merawat website. Senangnya adalah, Alhamdulillah banyakkkkkk sekali hal baru yang bisa dipelajari. Sebab sebelumnya belum punya basic sama sekali dalam pengelolaan apalagi maintenance website. Disini juga berkesempatan mendalami SEO dan yang paling berharga adalah punya lebih banyak waktu untuk membaca dan kembali mengasah kemampuan menulis. Membaca bukan lagi menjadi selingan di waktu luang. Sekarang, "Anggi sedang membaca" juga berarti "Anggi sedang bekerja". Sebab untuk menulis, perlu banyak asupan membaca. Meski perbedaannya terasa jelas. Jika sebelumnya ritme pekerjaan seperti berlari maraton, kini langkahnya lebih teratur, dengan lebih banyak ruang untuk bernapas dan merenung.
Menulis sebagai hobi dan menulis sebagai bagian dari pekerjaan adalah dua hal yang berbeda. Hobi memberi kebebasan, sementara pekerjaan membawa tanggung jawab. dan semoga tanggung jawab itu tidak menghilangkan rasa enjoy dan senang dalam menulis. Di divisi baru ini, target tulisan tidak memberatkan, namun cukup untuk mendorong agar terus produktif.
Ada hikmah lain yang bisa dipetik. Karena saya menulis rilis berita, setiap harinya tentu membaca laporan dari tim yang turun langsung ke lapangan. Berkesempatan menjelajah Sabang hingga Merauke, bahkan merasakan denyut kehidupan rakyat Palestina melalui kalimat demi kalimat yang dikirimkan rekan-rekan di lapangan. Kembali belajar bahwa empati tidak selalu lahir dari pengalaman langsung, ia juga bisa tumbuh dari membaca dengan hati yang terbuka.
Jobdesc baru ini mengingatkan bahwa tidak semua kebaikan harus dilakukan di garis depan. Ada kalanya kita berada di balik layar, tetap menjadi bagian dari rantai kebaikan. Mungkin tugas saya kali ini membuat tulisan, memoles website agar informasi lebih mudah diakses, atau menyampaikan kabar melalui berita singkat. Namun jika tulisan itu menggerakkan seseorang untuk untuk sekadar peduli, bukankah itu juga bagian dari amal yang mengalir?
Begitulah cara Allah mendidik hati melalui perubahan. Tidak selalu dengan kenyamanan, tapi dengan proses yang membuat kita lebih peka, lebih sabar, dan lebih bersyukur.
Hidup tidak selalu tentang siapa yang paling terlihat. Kadang, peran paling berarti justru dijalankan oleh mereka yang bekerja dalam senyap, menjaga agar cerita terus tersampaikan dan kebaikan terus bergerak.
Tidak semua peran harus bersinar di panggung depan. Ada yang cukup bekerja dalam diam, tapi cahayanya tetap sampai ke banyak hati. semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar