Sabtu, 16 Agustus 2025

Protect ur Heart, Shalihah💗

Dulu, di penjara Mesir yang dingin dan sunyi, Nabi Yusuf muda pernah menafsirkan mimpi dua penghuni penjara. Salah satu akan bebas, satunya lagi dihukum mati, katanya.

Namun sebelum salah satunya bebas, Nabi Yusuf menitip pesan kecil, “Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Setitik harapan pada manusia, agar namanya diingat, sehingga kebenaran dapat diungkap.

Namun penghuni yang bebas tersebut lupa. Hari berganti, bulan berputar, tahun pun lewat, Nabi Yusuf tetap berada di balik jeruji. 'Lupa' dari manusia membuatnya menunggu lebih lama, tetapi rencana Allah tetap berjalan tepat waktu. Aku menangkap kisah ini bahwa barangkali, seakan Allah mengingatkan dengan lembut, “Jangan sandarkan harapmu sekecil apapun pada manusia. Sandarkanlah padaKu.”

Ini bukan larangan untuk meminta tolong. Kita boleh saling menguatkan, saling menopang. Tapi saat hati mulai menggantungkan hasil pada manusia, Allah sering mengingatkan, manusia itu terbatas. bisa lupa, sibuk, bahkan tidak berdaya sekalipun berniat baik.

Sementara Allah? Dia tidak pernah lalai. Dia tak pernah mengecewakan. Dia mengatur segala sesuatu dengan cara yang mungkin tak kita pahami, tapi selalu terbaik.

Kisah Nabi Yusuf adalah cermin, jangan berharap sedikitpun pada manusia. Harapan yang dititipkan pada manusia sering kali retak, tetapi harapan yang dititipkan pada Allah selalu sampai. Dialah yang membolak-balik hati, menggerakkan pertolongan, dan menepati janji-Nya tanpa pernah terlambat. 

Apakah artinya menutup pintu? Tidak. Kita tidak sedang menutup pintu itu, tapi menutup harap pada manusia, agar hati tetap utuh tertambat hanya padaNya.

Hari ini, mari kembali belajar untuk mengembalikan hati sepenuhnya padaNya. Belajar berani untuk berkata “cukup,” saat sesuatu atau hal-hal kecil mulai membuatmu menggantungkan harap pada manusia. Karena hanya dengan begitu, harap dapat tetap utuh, tertambat pada Dzat yang tak pernah mengecewakan.

Hai Anggi, selain meminta perlindungan pada Allah, kamupun harus berikhtiar untuk melindungi hatimu dari benih-benih kecewa terhadap makhluk. Sebagaimana kita seringkali mengingat, saat Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Aku telah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia.”

Jadi, jaga hatimu hanya untuk Allah, ya.
Biar diam menjadi bahasa hati, dan tindakan menjadi bukti. Biarkan waktu yang menjawab, mana yang hanya janji, dan mana yang benar-benar ditepati.

-urself, who loves u so much🌻
16 Agustus 2025.

4 komentar:

tidak apa-apa, bahkan jika memang sudah waktunya, wafat karena sakit perut itu syahid dan akan diselamatkan dari siksa kubur kata Rasulullah...