اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ
Selasa, 19 Agustus 2025
Sebelas Hari
Sebelas hari berada di divisi baru membuka mata saya bahwa setiap perubahan dalam hidup membawa pelajaran tersendiri. Sering kali kita berdoa, “Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah”, memohon kebaikan di dunia. Namun, kebaikan itu tidak selalu datang dalam bentuk yang langsung kita sukai. Kadang, ia hadir sebagai kesempatan untuk belajar hal-hal baru, sekaligus tantangan untuk keluar dari zona nyaman.
Sebelum berpindah divisi, saya sempat dipercaya mendampingi tim konten sambil mengerjakan tugas di CRM. Beban itu terasa cukup, mmm.. lumayan berat, tapi di sanalah saya merasa tertantang dengan bagaimana saya harus super efektif memanage waktu dan menentukan skala prioritas. Mungkin ini juga salah satu alasan sekarang ditempatkan di divisi baru. Para senior berkata, “Alhamdulillah lah better di web optimization nggi.” Benar, sih. Namun tetap saja, setiap orang punya preferensi ritme kerja masing-masing. Ada yang lebih menikmati kesibukan penuh adrenalin, ada yang lebih cocok dengan ruang belajar yang tenang.
Sekarang saya berada di divisi Web Optimization Specialist. bertugas mengelola, mengoptimasi sekaligus merawat website. Senangnya adalah, Alhamdulillah banyakkkkkk sekali hal baru yang bisa dipelajari. Sebab sebelumnya belum punya basic sama sekali dalam pengelolaan apalagi maintenance website. Disini juga berkesempatan mendalami SEO dan yang paling berharga adalah punya lebih banyak waktu untuk membaca dan kembali mengasah kemampuan menulis. Membaca bukan lagi menjadi selingan di waktu luang. Sekarang, "Anggi sedang membaca" juga berarti "Anggi sedang bekerja". Sebab untuk menulis, perlu banyak asupan membaca. Meski perbedaannya terasa jelas. Jika sebelumnya ritme pekerjaan seperti berlari maraton, kini langkahnya lebih teratur, dengan lebih banyak ruang untuk bernapas dan merenung.
Menulis sebagai hobi dan menulis sebagai bagian dari pekerjaan adalah dua hal yang berbeda. Hobi memberi kebebasan, sementara pekerjaan membawa tanggung jawab. dan semoga tanggung jawab itu tidak menghilangkan rasa enjoy dan senang dalam menulis. Di divisi baru ini, target tulisan tidak memberatkan, namun cukup untuk mendorong agar terus produktif.
Ada hikmah lain yang bisa dipetik. Karena saya menulis rilis berita, setiap harinya tentu membaca laporan dari tim yang turun langsung ke lapangan. Berkesempatan menjelajah Sabang hingga Merauke, bahkan merasakan denyut kehidupan rakyat Palestina melalui kalimat demi kalimat yang dikirimkan rekan-rekan di lapangan. Kembali belajar bahwa empati tidak selalu lahir dari pengalaman langsung, ia juga bisa tumbuh dari membaca dengan hati yang terbuka.
Jobdesc baru ini mengingatkan bahwa tidak semua kebaikan harus dilakukan di garis depan. Ada kalanya kita berada di balik layar, tetap menjadi bagian dari rantai kebaikan. Mungkin tugas saya kali ini membuat tulisan, memoles website agar informasi lebih mudah diakses, atau menyampaikan kabar melalui berita singkat. Namun jika tulisan itu menggerakkan seseorang untuk untuk sekadar peduli, bukankah itu juga bagian dari amal yang mengalir?
Begitulah cara Allah mendidik hati melalui perubahan. Tidak selalu dengan kenyamanan, tapi dengan proses yang membuat kita lebih peka, lebih sabar, dan lebih bersyukur.
Hidup tidak selalu tentang siapa yang paling terlihat. Kadang, peran paling berarti justru dijalankan oleh mereka yang bekerja dalam senyap, menjaga agar cerita terus tersampaikan dan kebaikan terus bergerak.
Tidak semua peran harus bersinar di panggung depan. Ada yang cukup bekerja dalam diam, tapi cahayanya tetap sampai ke banyak hati. semoga.
Sabtu, 16 Agustus 2025
Protect ur Heart, Shalihah💗
Dulu, di penjara Mesir yang dingin dan sunyi, Nabi Yusuf muda pernah menafsirkan mimpi dua penghuni penjara. Salah satu akan bebas, satunya lagi dihukum mati, katanya.
Namun sebelum salah satunya bebas, Nabi Yusuf menitip pesan kecil, “Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Setitik harapan pada manusia, agar namanya diingat, sehingga kebenaran dapat diungkap.
Namun penghuni yang bebas tersebut lupa. Hari berganti, bulan berputar, tahun pun lewat, Nabi Yusuf tetap berada di balik jeruji. 'Lupa' dari manusia membuatnya menunggu lebih lama, tetapi rencana Allah tetap berjalan tepat waktu. Aku menangkap kisah ini bahwa barangkali, seakan Allah mengingatkan dengan lembut, “Jangan sandarkan harapmu sekecil apapun pada manusia. Sandarkanlah padaKu.”
Ini bukan larangan untuk meminta tolong. Kita boleh saling menguatkan, saling menopang. Tapi saat hati mulai menggantungkan hasil pada manusia, Allah sering mengingatkan, manusia itu terbatas. bisa lupa, sibuk, bahkan tidak berdaya sekalipun berniat baik.
Sementara Allah? Dia tidak pernah lalai. Dia tak pernah mengecewakan. Dia mengatur segala sesuatu dengan cara yang mungkin tak kita pahami, tapi selalu terbaik.
Kisah Nabi Yusuf adalah cermin, jangan berharap sedikitpun pada manusia. Harapan yang dititipkan pada manusia sering kali retak, tetapi harapan yang dititipkan pada Allah selalu sampai. Dialah yang membolak-balik hati, menggerakkan pertolongan, dan menepati janji-Nya tanpa pernah terlambat.
Apakah artinya menutup pintu? Tidak. Kita tidak sedang menutup pintu itu, tapi menutup harap pada manusia, agar hati tetap utuh tertambat hanya padaNya.
Hari ini, mari kembali belajar untuk mengembalikan hati sepenuhnya padaNya. Belajar berani untuk berkata “cukup,” saat sesuatu atau hal-hal kecil mulai membuatmu menggantungkan harap pada manusia. Karena hanya dengan begitu, harap dapat tetap utuh, tertambat pada Dzat yang tak pernah mengecewakan.
Hai Anggi, selain meminta perlindungan pada Allah, kamupun harus berikhtiar untuk melindungi hatimu dari benih-benih kecewa terhadap makhluk. Sebagaimana kita seringkali mengingat, saat Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Aku telah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia.”
Jadi, jaga hatimu hanya untuk Allah, ya.
Biar diam menjadi bahasa hati, dan tindakan menjadi bukti. Biarkan waktu yang menjawab, mana yang hanya janji, dan mana yang benar-benar ditepati.
-urself, who loves u so much🌻
16 Agustus 2025.
Rabu, 13 Agustus 2025
Mengapa Waktu Seakan Lebih Lambat Akhir-Akhir Ini?
Kadang, detik seperti berbaris malas di ujung jarum jam. berjalan terseok, seakan takut menabrak menit berikutnya.
Di sela hening, kita duduk menunggu. Mendengar napas sendiri dan gema pikiran yang belum mau diam.
Barangkali segalanya terasa lebih lama,
sebab sadar betul, kita sedang berada di sini, menghitung jarak antara sekarang dan nanti.
Mungkin waktu memang tidak melambat,
hanya saja jiwa kita yang belum menemukan
alasan untuk bergegas. Barangkali Dia sedang memberi ruang agar kita sempat menata langkah, menguatkan hati, dan mempersiapkan diri untuk sesuatu yang membuat kita bersyukur pernah melalui waktu yang terasa panjang ini.
Sebab pada akhirnya,
setiap detik hanyalah tiket yang habis satu per satu, mengantar kita pada perjalanan pulang ke tempat yang telah lama menanti.
Maka jika waktu terasa lambat,
mungkin itu kesempatan terbaik untuk membersihkan hati, memperbaiki diri, dan mengisi bekal sebelum tamu itu mengetuk.
Hingga saat tiba waktunya,
kita tidak lagi gentar memandang maut sebagai tamu yang datang menjemput, sebab kita tau, setiap sabar yang kita jalani, setiap luka yang kita rawat, dan setiap amal yang kita titipkan, akan menjadi sayap yang menuntun langkah, menggapai ridha dan surgaNya, in syaa Allah. (aamiin)
Sabtu, 02 Agustus 2025
Aku Jatuh Cinta (Lagi)
Duluuu.....
Aku pernah patah
Hingga akhirnya,
aku benar-benar jatuh cinta…
Jatuh cinta
pada skenarioNya
pada caraNya menggapai dan memelukku kembali.
Ia tak selalu menuntun dengan pelita,
kadang justru membiarkan aku berada dalam gelap lebih dulu,
agar aku tau, bahwa terang tak berasal dari matahari, tapi dari nur yang dipinjamkanNya dalam hati.
Ada masa,
ketika langkah demi langkah terasa menggantung,
detik demi detik terasa lambat,
hingga akhirnya…
tirai hikmah itu terbuka,
dan Ia memberikan 'penglihatan' dengan 'mata' yang baru,
mata yang mengukir senyum meski kenyataan mungkin tak sesuai harapan
وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا
"Dan barangsiapa yang diberikan hikmah, sungguh ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak." (QS. Al-Baqarah: 269)
Maka terima kasih atas anugerah kebaikan tak terhingga..
atas karunia yang tak bisa dikalkulasi oleh logika,
atas limpahan kebaikan yang diselipkan dalam bingung dan tanya
hingga akhirnya aku tau
bahwa kasih sayangNya bukan sekadar pelukan,
tapi juga teguran.
Bukan hanya dalam tawa,
tapi juga dalam kecewa.
Aku jatuh cinta
pada kenyataan yang tak sesuai harapan,
karena di sanalah Allah menyisipkan pelajaran.
Aku jatuh cinta
pada caraNya yang agung menyusun segala,
pada takdir yang awalnya terasa pahit,
namun perlahan menjelma menjadi manisnya penerimaan.
Dan pada akhirnya…
aku tunduk. dengan sadar,
bahwa di luar kendaliku ada tangan-Nya yang lebih tau arah.
Maka terima kasih..
untuk menulis ulang kisahku
dengan pena hikmah dan tinta rahmat.
Engkau buat aku jatuh cinta,
bukan pada dunia
atau tersesat pada mata atau senyum seseorang,
tapi padaMu,
dan segala yang menuntunku menujuMu.
maka..
terima kasih,
karena Engkau membuatku jatuh cinta
pada arah,
pada isyarat,
pada lintasan takdir
yang Kau anyam dan seringkali membuatku bertanya-tanya
tapi begitu indah saat disibak dengan sabar.
Dan sungguh,
tak ada cinta yang lebih menenangkan,
selain cinta yang membawa pulang,
kepadaMu
Adera said,
Percayalah segalanya,
Telah diatur semesta
Agar kita mendapatkan yang terindah~
🌻
Langganan:
Postingan (Atom)
tidak apa-apa, bahkan jika memang sudah waktunya, wafat karena sakit perut itu syahid dan akan diselamatkan dari siksa kubur kata Rasulullah...
-
barangkali yang benar-benar mencari akan sampai pada blog ini. just fyi, dia tidak hilang. hanya sedang di non-aktifkan. jika ada sesuatu me...
-
beri aku nasihat/doa/semangat🌲🌳🌴🌵🌾🌿☘️🍀🪴🌱🪻🌷🌼🌻🌹🏵️🪷💮🌸💐 hueeeee capek tapi teu sawios
-
Sebenarnya, kita ini sering kali terlalu sibuk dengan prasangka. tentang apa yang orang lain pikirkan, tentang sikap yang tidak kita mengert...