Jumat, 25 Juli 2025

Mungkin Nanti Kurevisi Kembali.

Ada waktu yang tidak bisa dijelaskan dengan jam.
Ia bukan dalam bentuk pagi, siang, ataupun malam.
Ia hanya hadir sebagai ruang kosong yang menggantung di antara nafas dan hening yang menggema lebih keras dari teriakan.

Kami terduduk di depan ICU,
dalam dingin yang tidak hanya datang dari lantai atau logam,
tapi dari sesuatu yang mengendap di dada. 
antara takut dan pasrah, antara harap dan kehilangan.

Di balik pintu kaca itu, seseorang yang kami cinta sedang berperang.
Tak ada suara, hanya mesin dan detak lemah yang entah akan bertahan sampai kapan.
"hanya soal waktu," katanya. 
Waktu yang mana?
Karena barangkali waktu telah kehilangan ukurannya.

Lalu satu per satu, wajah-wajah datang dari arah yang jauh.
Seperti anak-anak sungai yang akhirnya kembali ke muara,
kami mengalir ke satu titik yang sama:
Bandung, rumah bagi kemungkinan terakhir.

Tidak ada yang banyak bicara.
Karena pada titik ini, kata-kata tak lagi berguna.
Yang berbicara hanyalah tatap mata,
dan genggaman diam yang lebih jujur dari lisan.

Doa-doa beterbangan.
dengan getar yang merambat ke langit.
Mereka mengetuk satu per satu pintu langit,
dengan pesan yang sama:
"Kami tahu ini milikMu. Tapi… jika Engkau berkenan, biarkan kami memeluknya sedikit lebih lama...."

Dan di tengah kesenyapan yang menggigilkan,
aku belajar satu hal yang tak pernah diajarkan siapa pun:
bahwa kematian tak selalu datang dengan suara.
Kadang ia hanya menyelinap dalam kesadaran,
lalu duduk di samping kita seperti teman lama,
menyentuh pundak,
dan bertanya dengan tenang:
"Sudah siap, belum?"

Hari itu aku menyadari,
bahwa ikhlas tidak datang sekaligus.
Ia tumbuh pelan-pelan, dari ketidakberdayaan yang diterima.

Maka hari itu juga, kupahami.
bahwa keajaiban bukan hanya hasil dari doa yang keras, melainkan dari hati yang senantiasa mengupayakan ikhlas.

Anggi Restian Zahra
dalam perjalanan, pukul 02:15
Tasikmalaya, 25 Juli 2025.

1 komentar:

  1. Kalo boleh tahu siapa yang sakit, Anggi??? Nenek kamu???

    BalasHapus

tidak apa-apa, bahkan jika memang sudah waktunya, wafat karena sakit perut itu syahid dan akan diselamatkan dari siksa kubur kata Rasulullah...